Kamis, 24 Maret 2011

Jungkir Balik Cara Hidup Indonesia

 Oleh Rahmatullah HMHA Rasyid

BJ (Burhanuddin Jusuf) Habibie, eks wakil presiden RI, dan mantan Presiden RI ke-3 setelah Ir Soekarno serta Jend Soeharto, kenapa tak betah bekerja di Indonesia setelah tak lagi jadi Presiden RI? Habibie pernah berkata, appolo saja mampu dibuatnya di Indonesia kalau ada dana. Artinya kapal laut, pesawat tempur, tank-tank baja dan lain sebagainya perkakas perang dengan persenjataan modern pun saya rasa BJ Habibie dapat membikinnya.
Tapi ternyata justru Habibie diperebutkan AS (Amerika Serikat) dan Jerman untuk dipekerjakan di negara-negara itu. Habibie lebih memilih bekerja di Jerman tempat lahirnya Einstein penemu rumus relativitas cikal bakal bom atom dari pada Indonesia. Mengapa Habibie menolak tinggal dan bekerja di  Indonesia. Padahal Indonesia tanah kelahirannya. Dia warga negara Indonesia. Dia asli Indonesia dan  dan muslim? Apakah dia tak menyintai rakyat dan Indonesia?

Saya rasa bukan masalah gaji yang kecil bekerja di Indonesia penyebab Habibie enggan tetap di Indonesia. Barangkali karena misi dan visi ilmu pengetahuan yang dikuasai tak sejalan dengan kebijakan Indonesia. Indonesia emoh membikin persenjataan canggih modern sendiri melalui tangan Habibie. Indonesia ogah memproduksi produk-produk berat melaluinya. Dan lain-lain alasan yang membuat Habibie hengkang ke Eropah Barat.

Demikian juga banyak orang Indonesia (bukan TKI, pembantu atau tenaga kasar) yang bekerja di luar negeri seperti di Jepang, Swedia, Belanda, Amerika termasuk Jerman dan seterusnya. Contoh soal M Hilaly Basya MA yang meraih S2 di Belanda, belum bisa pulang ke Indonesia, karena mengalkulasi penghasilan di dalam negeri cukup minus baginya, sehingga tak mampu membiayai kehidupan keluarga yang butuh minimal Rp5 juta per bulan bila dia kembali ke Jakarta. Dengan sangat terpaksa dia masih berada di Leiden yang lebih menjanjikan, juga karena pertimbangan biaya hidup sehari-hari  yang lebih mudah di Belanda Eropah Barat.

Cerita di Tangerang Selatan (Tangsel) atau daerah lain selain Tangsel, mengenai penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) baru-baru ini dikhawatirkan ada permainan buruk. Mungkin di luar Tangsel ada CPNS yang harus membayar Rp30-50 juta bila ingin lulus jadi CPNS. Di sini tak lagi memakai prosedur nilai tertinggi, akan tetapi yang sah berbicara adalah uang suap Rp30-50 juta. Sedangkan hasil nilai yang bagus bukan lagi menjadi kendala. Walau pun nilai test pas-pasan bahkan di bawah standard bisa lulus terpilih jadi PNS asal mampu membayar sebesar yang ditentukan para calo. Semoga praktik buram seperti di atas tadi tak berlaku di Pemkot Tangsel yang sedang tumbuh seumur jagung itu.

Bila orang berani menyogok masuk CPNS sebesar Rp30-50 juta per orang, incaran mereka bukan gaji Rp1-2 juta per bulan serta pensiunan Rp1 juta sebulan selama hidup tua dan keturunan di bawah. Akan tetapi barangkali bila jadi PNS bisa bermain cantik dan kecipratan ketika mengelola APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) bernilai ratusan miliar rupiah. Pendapatan dan penghasilan yang jauh di atas gaji per bulan serta pensiunan seumur hidup! Ada apa di balik suap CPNS Rp30-50 juta?

Tentunya warga sejuta lebih Pemkot (Pemerintahan Kota) Tangsel ingin dan mengidealkan daerahnya subur makmur, gemah ripah loh jinawi, hidup sejahtera di bawah ampunan dan lindungan Allah SWT. Tapi caranya bukan dengan suap menyuap seperti itu. Warga Tangsel menginginkan wilayahnya sentosa, aman, damai, kaya lahir batin menjadi kenyataan asal semua komponen yang ada terbebas dari prilaku suap-menyuap khususnya dalam penerimaan CPNS. Menurut pemahaman orang awam, bila kita memulai pekerjaan dengan cara haram, maka akibat selanjutnya adalah ketidak-adanya keberkahan dalam semua urusan.

Mereka khawatir kalau banyak CPNS melakukan tindak suap menyuap Rp50 jutaan per orang, maka jalannya pengelolaan aset-aset Pemkot Tangsel mengalami ancaman kerugian terus menerus karena ketiadaan keberkahan Allah SWT. Sebenarnya Allah SWT tak pernah akan bankrut memberi rezeki kepada umat dan makhluk ciptaan-Nya di alam semesta sampai kiamat. Allah SWT bukan seperti manusia yang selalu mengalami kebankrutan di muka bumi. Tapi kita selalu salah faham. Karena kita menganggap Allah SWT telah gulung tikar, maka kita wanti-wanti karena terlanjur serba ketakutan kehabisan dan kekurangan makanan, akhirnya ikut latah main sedikit-sedikitan berketurunan.

Para ahli agama Islam 15 abad silam telah memprediksi yang mula-mula krisis di dunia bukan kekurangan makanan dan tempat tinggal, akan tetapi yang mulai timbul lebih dulu adalah krisis moral, akhlak, dan agama. Manusia kembali menjadi bangsa jahiliyah seperti sebelum diutusnya Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Bukti menyatakan demikian. Di mana-mana di muka bumi telah terjadi dekadensi moral, aurat wanita sudah sangat murah. Prostitusi dilegalisir. Perjudian, miras, narkoba membahana di mana-mana tempat. Dan bukan kekurangan makanan atau minuman.

Allah SWT menyediakan air tawar yang banyak sekali di lautan yang katanya asin. Bukan hanya air tawar, tapi emas, bahkan makanan dan lain sebagainya bermacam kebutuhan utama dan skundair manusia dan makhluk hidup lainnya tersedia di samudera. Allah SWT telah berjanji dalam Al Quran, DIA akan memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya tanpa kecuali baik yang beriman mau pun komunis sekali pun. Kepada yang tak bisa mencari nafkah pun akan diberi-Nya pula rezeki. Lalu kenapa lantas kita secara tergesa-gesa ketakutan tak bisa makan dan minum air tawar? Apakah Allah SWT sudah bankrut dan akan kolaps menafkahi makhluk-makhluk ciptaan-Nya? Suatu pertanyaan yang sungguh naif.

Bila terjadi orang banyak mati kelaparan bukan karena kekurangan makanan dan minuman, akan tetapi hasil ulah manusia yang sangat monopolistis, kafitalistis dan materialistis, sehingga orang lain tidak mendapatkan pasokan makanan dan minuman air tawar mencukupi. Karena tabiat manusia yang tamak, dan serakah sehingga makanan dan minuman mereka diembargo dan diputus, serta dihalangi kedatangannya. Atau juga karena kebodohan manusia itu sendiri yang tak mampu mencukupi kebutuhan standard kehidupannya, sampai dia sakit, putus asa, mati dan lain sebagainya.

Allah SWT berfirman, jangan kalian berputus asa dari rahmat dan anugerah-NYA. Akan tetapi Allah SWT selalu berpesan,  pergi, menyebar berserak-serakkan kalian di permukaan bumi, cari dan dapatkan rezeki Allah SWT. Jangan berdiam diri berpangku tangan tanpa bekerja hanya dengan mudah menadahkan tangan. Melainkan berjuang, berjihad habis-habisan demi memperoleh apa yang dicita-cita. Ajak Allah SWT berunding dalam memperoleh maksud seperti yang difilsafatkan Mr Mohammad Iqbal pujangga India Pakistan.

Umar bin Khotob RA khalifah Islam kedua pernah mengatakan Allah SWT tak menurunkan sekarung emas dari langit. Akan tetapi bila anda ingin dunia berusaha yang baik dan halal. Rasulullah SAW memberi kapak kepada sahabatnya agar mencari rezeki Allah SWT di hutan. Tebang kayu bakar dan jual hasilnya. Cerita pendek A(li) A(kbar) Navis, pujangga nasional dari Sumatera Barat berjudul ‘Runtuhnya Surau Kami’ mengandung sindiran, orang Islam selalu mendahulukan berdoa ketimbang berusaha. Sementara orang Jepang lebih dulu berusaha keras mencari air tawar dari pulau-pulau diangkuti ke perumahan mereka. Sementara orang Islam di surau hanya meminta melalui doa istisqo, tanpa menghiraukan air danau di sebelah. Padahal air danau bisa disaring atau disuling supaya bisa dikonsumsi.

Sampai hari kiamat Allah SWT tak bakal bankrut menyediakan BBM (bahan bakar minyak dan turunannya) buat manusia. BBM bukan hanya minyak, bensin dan lainnya, akan tetapi bisa dan dalam bentuk lain dan dengan kendaraan lain pula. Tak ada yang mustahil dan tak mungkin di dunia. Semua serba bisa saja terjadi.

Ir Soekarno, Presiden RI Pertama pernah menulis dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi bertema ‘Orang Indonesia cukup Hidup dengan uang Sebenggol!’  kalau kita artikan ‘sebenggol’ Rp200 ribu per bulan, barangkali ada benarnya. Mungkin saja seorang kepala keluarga bisa menghidupi seluruh anak bini hanya dengan gaji sebagai tenaga kebersihan di Madrasah Ibtidaiyah Tsanawiyah swasta Jakarta Selatan dengan Rp200 ribu per bulan! Fantastis! Padahal kebutuhan hidup sehari-hari minimal Rp1, 2 juta per bulan.

Rupanya di situ dia memang memperoleh Rp200 ribu per bulan, tapi tempat bekerja di lain tempat belum dihitung. Kemudian isterinya punya penghasilan tersendiri, begitu pun anak-anak.. Kemudian famili dan saudara serta teman-teman kadang mau membantu kesulitannya. Wal hasil dia mampu bertahan hidup sampai puluhan tahun. Benar bahwa Allah SWT belum bankrut dan tak akan pailit membiayai kehidupan makhluk-Nya, asal setiap individu mau berusaha dan bekerja. Bekerja apa saja asal halal. Tak ada yang serba tabu kecuali jelas keharamannya. Rezeki memang datang dari Allah SWT, pada hakikatnya seperti itu kendati kita yang bekerja. ***

(Penulis adalah wartawan SK MADINA) 

2 komentar:

  1. bner bgt pejabat indonesia emg gila korupsi...
    salam kenal y

    BalasHapus
  2. ya seperti inilah,, gak tau kita yang salah tempat tinggal atau petinggi2 itu yang keterlaluan,, :D
    salam kenal jugaaa,,,

    BalasHapus